Tesis Generasi Milenial Dan
Medsos Dalam Analisis Wacana Kritis [AWK]
Peran media sosial sangat penting
di era Milenial ini. Berbagai macam informasi begitu mudah diterima dan
tersebar dengan sangat cepat. Dengan berbagai macam fasilitas jejaring sosial
saat ini telah menggiring masyarakat untuk mengikuti tren yang ada dan
memperoleh informasi terkini yang terjadi di dunia melalui media sosial. Media
sosial juga dijadikan tempat untuk berkomentar dari segala permasalahan. Tidak
sedikit yang membuat dan menyebarkan
konten-konten yang belum tentu kebenarannya. kehidupan generasi milenial tidak
dapat dilepaskan dari teknologi informasi, terutama internet. Pada Generasi Milenial tidak banyak yang
mampu beraktifitas tanpa menggunakan media sosial, bahkan dari bangun tidur
hingga tidur lagi. Generasi yang lahir pada tahun 1980-an sampai 2000-an, sudah
kecanduan dan sangat sulit untuk menjauhkan gadget dari sekelilingnya. Sebagian
besar penduduk dunia telah menjadikan media sosial sebagai salah satu kebutuhan
hidup yang boleh dikatakan primer, tercatat saat ini di Indonesia pengguna
media sosial mencapai kurang lebih 62.56 juta orang, 43.06 juta pengguna
Facebook dan 19.5 orang pengguna Twitter (sumber:menkoinfo), dan itu dinyatakan
sebagai pengguna aktif, dan pengguna aktif
tersebut di dominasi oleh kalangan remaja millennial. Generasi millenial begitu mudahnya
beradaptasi terhadap sesuatu yang baru tersebut, apalagi media sosial adalah
media yang begitu banyak menawarkan fitur-fitur yang mengasyikkan, sehingga
para remaja millenial dengan sangat mudah tergiur oleh fitur-fitur yang
mengasyikkan tersebut tanpa mempedulikan konten-konten yang terkandung dalam
fitur-fitur tersebut positif atau negatif, Hal ini sebenarnya menjadi sebuah
ujian bagi para generasi millenial agar bagaimana mereka bisa mengawas diri
untuk bertindak sebagaimana etika yang berlaku, namun hal tersebut rupanya
tidak sebanding dengan nilai-nilai hedonis yang ditawarkan media sosial
tersebut, media sosial disuatu sisi memberikan manfaat positif bagi mobilitas
kebutuhan manusia namun di sisi lain juga telah membawa dampak negatif bagi
perkembangan pola fikir manusia terutama kalangan generasi millenial. Andreas
Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content
Antitesis Teks Dan Konteks
Dalam Analisis Wacana Medsos
Media dan wacana adalah dua hal yang saling mendukung. Keberadaan wacana bergantung pada media yang melingkupinya, dan media bergantung pada penikmat atau penggunanya. Analisis wacana kritis banyak dikembangkan oleh para ahli seperti Roger Folwer dkk, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Teun A. Van dick dan Norman Fairclough. Pendekatan yang coba digunakan terkait generasi milenial dan medsos ini adalah analisis yang dikembangkan oleh Norman Fairclough, seorang Sosiolinguistik Inggris, pada tahun 1980-an. Analisis wacana kritis yang digunakan untuk menganalisis sebuah teks dalam konteks sosiokultural, yang di dalamnya secara rinci membahas mengenai praktik sosial yang ada dalam media. Oleh karena itu, model yang dikemukakan oleh Norman Fairclough ini ser ing disebut sebagai model perubahan sosial (social change) (Eriyanto, 2015: 285) . Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansakerta wac/wak/vak, ‘berkata’, ‘berucap’. Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansakerta, termasuk kata kerja yang bersifat aktif, yaitu melakukan tindakan ujar. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna membendakan. Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagi perkataan atau tuturan. Oleh para linguis indonesia dan di negara-negara berbahasa melayu lainnya, istilah wacana diuraikan sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa inggris ‘discourse’. Kata discourse berasal dari bahasa bahasa latin discursus yang berarti ‘lari kesana kemari’, ‘lari bolak balik’.kata ini diturunkan dari dis (dari/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari). Jadi, discursus berarti lari dari arah yang berbeda. Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat pada wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan. Analisis teks memfokuskan pada struktur bahasa tulis, sebagaimana banyak terdapat pada karangan, pengumuman, tanda-tanda di jalan, dan bab-bab dalam buku.Discourse analysis focusses on the structure of naturally occurring spoken language, as found in such „discourses‟ as conversation, interviews, commentaries, and speeches. Text analysis focusses on the structure of written language, as found in such „text‟ as essays, notices, road signs, and chapters. Crystal menyebutkan adanya dua macam bentuk, yaitu wacana yang memfokuskan pada bahasa lisan dan teks yang memfokuskan pada bahasa tulis. Crystal membedakan analisis keduanya dengan discourse analysis dan text analysis. Bentuk-bentuk lisan dapat berupa percakapan, wawancara, komentar dan ucapan-ucapan. Sedangkan bentuk tulis dapat berupa karangan, pengumuman, tanda-tanda di jalan, dan bab-bab dalam buku.Wacana disini tidaklah selalu dipahami sebagai rangkaian kata atau proposisi dalam teks, akan tetapi merupakan sesuatu yang memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep, atau efek). Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu. Jika menganalisis secara kritis wacana media sosial yang saat ini sedang booming tidak hanya dikalangan generasi milenial bahkan orang dewasa yaitu TikTok. TikTok adalah aplikasi buatan dari Tiongkok, aplikasi yang platformnya khusus video, musik dan Foto, spesifik pada perusahaan Byte Dance. Bagi teks bisa jadi tertulis bahwa setiap aplikasi berbasis medsos terlebih Tiktok maupun Youtube memiliki aturan aturan tertentu, namun analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi norma-norma dan aturan-atauran sesuai bahasa yang ditentukan sesuai hukum yang berlaku. Inti dari analisis wacana sebenarnya adalah menyangkut bagaimana bahasa digunakan dalam teks. Dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang menciptakan realitas dan menatanya melalui bahasa. Bahasa mengangkat persoalan yang tersembunyi ke permukaan sehingga menjadi kenyatan. Namun bahasa yang sama juga dapat digunakan untuk menghancurkan realitas orang lain. Hal ini jugalah yang dikemukakan oleh Lorens Bagus, bahwa bahasa tidak sama dengan pikiran. Pikiran memakai bahasa sebagai alat ekspresi. Bila demikian, lalu apa fungsi bahasa?. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Teks dalam Bahasa merupakan hasil proses wacana (discourse). Di dalam teks terkandung, nilai-nilai, ideologi, dan kepentingan yang dapat mengkonstruksi realitas sosial. Bagaimana dalam konteks analisis wacana kirtis terhadap media sosial yang berdampak pada kaum muda atau generasi milenial? Tanpa disadari jika dianalisis lebih jauh pada keberadaan media sosial yang dikonsumsi oleh generasi milenial dapat dikatakan bahwa ada filsafat yang tersembunyi dalam sejumlah teks yang melampaui konteks yang secara instan dapat disimpulkan dengan kata “Viral”. Realitas yang tampak secara konteks dihadapkan pada konsep nilai-nilai materialisme, eksistensialisme, pragmatisme hingga hedonism.
Sintesis Sikap Bijak
Generasi Milenial Terhadap Media sosial
Media sosial dalam kehidupan
Generasi millenial membawa dan membentuk semacam dunia baru dalam pola fikir
generasi millenial dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan cara yang baru,
terutama dalam dunia pendidikan, sebagai pelajar tentunya para generasi/remaja
millenial mengharapkan semacam media yang memberikan kemudahan dalam proses
pendidikan, disadari atau tidak media sosial telah berhasil menjawab tantangan
tersebut dan media sosial telah berhasil memenuhi harapan para remaja millenial
sebagai pelajar dengan menyajikan berbagai informasi-informasi edukatif yang
luas dari berbagai aspek, salah satu fitur edukatif dari media social yang
sering di manfaatkan para kalangan remaja millenial dalam mencari
informasi-informasi edukatif adalah Wikipedia, boleh dikatakan bahwa Wikipedia
adalah Ensiklopedia pengetahuan yang paling lengkap di dunia maya. Tentunya
dampak positif dari media sosial terhadap perkembangan pola fikir pada kalangan
remaja millenial secara umum tidak mengena secara menyeluruh kepada seluruh
remaja millenial, dampak positif hanya bisa di rasakan oleh para remaja
millenial yang memanfaatkan dengan bijak media sosial secara optimal sesuai
dengan kebutuhan yang menunjang perkembangan kehidupan kearah yang positif.
Analisis wacana kritis dalam teks/ bahasa dengan menggunakan paradigma bahasa
kritis. Dapat mengidentifikasi kognisi
sosial (cara individu untuk mengingat, menganalisa dan menggunkan informasi
yang diterima dari peristiwa-peristiwa sosial) melalui proses terbentuknya
wacana yang tidak hanya melalui struktur wacana namun juga melalui proses
diproduksinya wacana. Pendekatan ini dengan melihat bagaimana aspek sosial
masyarakat yang didominasi. Pendektan dengan studi kognitif sekaligus memeriksa
sejauh mana fenomena kognitif terkait dengan struktur wacana, interaksi verbal,
peristiwa dan situasi komunikatif.
Analisis wacana sebagai disiplin ilmu dengan metodologi yang eksplisit
yang berkembang pada awal tahun 1970-an. Analisis wacana sebagai sebuah kajian
dalam penggunaan bahasa yang secara nyata mempertimbangkan adanya konteks dan
situasi yang melatarbelakangi. Manfaat dari analisis wacana adalah untuk
memahami hakikat bahasa serta perilaku kebahasaan. Selain itu juga berkaitan
dalam keterampilan berbahasa yang produktif, yakni keterampilan menulis dan
bertutur kata. Wacana merupakan
komunikasi secara lisan maupun tulisan yang dapat dilihat dari titik pandang
kepercayaan, nilai, kategori yang terdapat di dalamnya seperti sebuah
organisasi atau representasi dari sebuah pengalaman. Intinya generasi millennial itu harus bijak,
cerdas dan patuh hukum dalam menggunakan sosial media, sehingga kita dapat
bicara sosialisasi digital dengan mencakup kaidah secara keseluruhan. Ini penting
untuk semua terutama generasi millenial, sebagai pengguna aktif teknologi
digital. kemajuan teknologi yang semakin hari semakin cepat ini tentunya
membuat banyak perubahan terhadap sebuah negara termasuk Indonesia. Semakin
majunya teknologi menyebabkan perbedaan hoax dan fakta semakin sulit dideteksi.
Generasi muda dipastikan memiliki kemampuan untuk mampu memilah-milah informasi
di media daring dan juga harus bisa menjadi agen edukasi minimal bagi dirinya
sendiri dan kemudian di lingkungan tempat dimana mereka berinteraksi.
Media sosial memiliki daya
tariknya sendiri bagi setiap kalangan, begitupula dengan kalangan remaja
millenial. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh kementrian Kominfo dalam
penelusuran para pengguna aktivitas online pada anak usia remaja millenial
tahun 2014, ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media sosial sangat melekat
dengan kehidupan remaja millenial sehari-hari. Dalam studi ini ditemukan bahwa
dari 98 persen remaja yang di survei tahu tentang internet dan 79,5 persen diantaranya
adalah pengguna internet. Kehidupan remaja millenial memiliki potensi selalu
tidak ingin lepas dari sesuatu hal yang baru, tak bisa dipungkiri bahwa
kehidupan generasi millenial adalah masa dimana manusia dengan segala
potensinya berupaya dengan motivasi yang kuat untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki dengan memanfaatkan instrumen-instrumen yang mendukung proses
pengembangan potensi pada dirinya secara bijak, meskipun memiliki potensi
kecenderungan untuk menyimpang dari norma yang mapan, tetapi pola fikir kaum
remaja millenial juga memiliki kecenderungan yang sangat potensial untuk
mengembangkan pola fikirnya kearah kehidupan yang positif walaupun tantangan
zaman yang semakin kuat.