Menakjubkan! Fenomena alam langka akan
menghiasi langit Maluku Utara pada tanggal 9 Maret 2016 saat beberapa jam setelah
merekahnya sang mentari di ufuk timur. Semoga
tanggal 9 nanti cuaca langit Maluku Utara sesuai dengan prediksi BMKG dan
kajian klimatologis akan berada di titik rendahnya curah hujan serta tingkat
berawan pada level minimum sehingga Gerhana Matahari Total dapat disaksikan
dengan jelas tanpa terhalangi oleh cuaca yang kurang bersahabat. Pengalaman
hidup ini akan sangat berkesan bagi siapa saja yang sempat menyaksikannya.
Bagaimana tidak, cerahnya pagi hari dengan kelembaban suhu serta intensitas
cuaca yang perlahan merangkak naik secara alamiah, mendadak berbalik arah seolah menjemput petang dengan tiba-tiba. Totalitas
Gerhana Matahari akan melintasi beberapa Kota di Bumi Maluku Utara selain di sebagian
Pulau Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi
Tengah pada Khususnya. Hal yang sama yang terekam dalam serpihan ingatan saya
ketika terjadi pada tanggal 11 Juni 1983
pada saat itu hanya menyisakan hal-hal yang bernuansa klenik atau mistik bahkan
mitos ketimbang peristiwa sains dan wisata edukatif mengenai Astronomi yang
menggugah rasa keingin tahuan kita.
Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 ini menjadi momen istimewa untuk kita
orang Maluku Utara sebab lintasan GMT tersebut melingkupi dihampir seluruh
daratan wilayah kita dan dianggap sebagai titik terbaik dan terpanjang/terlama
untuk wilayah Indonesia yang puncaknya berlangsung diatas langit Kota Maba
Halmahera Timur dengan durasi 3 menit 20 detik.
Gerhana
Matahari Dalam Lintasan Sejarah.
Epik mengenai ramalan Gerhana Matahari
ternyata telah berlangsung sejak lama dari peradaban kuno Babylonia, Mesir, Cina hingga India kuno sekitar 4000
tahun yang lalu. Hampir semua kesamaan asal muasal terjadinya Gerhana dikaitkan
dengan mitologi Naga raksasa yang menelan matahari. Dalam tradisi Cina disaat
terjadinya gerhana orang-orang dianjurkan untuk membuat bunyi yang gaduh,
mereka memukul apa saja agar sang naga memuntahkan kembali Matahari. Terkait
dengan Gerhana juga Tidak sedikit para peramal kerajaan dibunuh oleh karena ramalan
atau prediksi mereka ternyata meleset. Di Dunia Barat ketika Thales Seorang
Filsuf Yunani Kuno meramalkan Gerhana Matahari yang terjadi di Turki pada
tanggal 28 Mei 585 SM adalah Gerhana Matahari yang diklaim pertama kali tepat sesuai
dengan tanggal dan tempatnya. Pada Gerhana itu juga yang dapat menghentikan
Perang besar secara mendadak antara orang orang Medes dan Lydian (Bangsa Persia/
Sekitar Asia tengah) mereka meyakini Para Dewa murka atas perang yang telah
terjadi, hingga cahaya siang digantikan dengan malam. Pengetahuan Thales mengenai
Ilmu Astronomi diyakini didapat dari para Tabib Mesir Kuno yang memang sudah lihai
dalam penghitungan dan Ilmu perbintangan. Lintasan sejarah Gerhana Matahari
dalam sejarah Islam juga sempat dialami oleh Nabi Muhammad SAW pada tanggal 30
Januari 632 M (menjelang awal Dzulqaidah 10 H) saat itu pada pagi hari diatas
Langit Madinah telah terjadi Gerhana matahari cincin dan bertepatan dengan
meninggalnya putra sang Baginda Rasulullah SAW, Ibrahim Bin Muhammad. Para
pengikut nabi saat itu mengira bahwa Allah pun berduka atas kematian Putra
Nabi. Mengutip tulisan T. Djamaluddin, Staf Peneliti Bidang Matahari dan
Lingkungan Antariksa, LAPAN, ada empat gerhana terjadi sebelum Nabi hijrah ke
Madinah dan hanya satu yang terjadi setelah Nabi hijrah ke Madinah. Hadits
riwayat Ahmad dan Nasai ini menyatakan perintah Nabi, "Bila kamu melihat
gerhana maka shalatlah sebagaimana shalat wajib yang biasa kamu kerjakan."
Setelah Shalat Gerhana yang terjadi kira-kira pukul 9 pagi di Madinah itu,
kemudian Nabi menjelaskan dalam khutbahnya bahwa gerhana semata-mata bukti dan
tanda kekuasaan Allah, tidak ada kaitannya dengan kematian maupun kelahiran seseorang.
Saatnya
Menebar Pesona Wisata Malut
Fam Trip (Familliarisation Trip) atau
perjalanan wisata untuk mengenal lebih dekat destinasi wisata telah dilakukan oleh
para Ilmuwan, peneliti maupun penggemar Astronomi dan para fotografer pemburu
Gerhana Matahari jauh-jauh hari di
Maluku Utara. Mereka terlebih dahulu menentukan spot terbaik untuk mengamati
dan meneliti proses sebelum dan sesudah terjadi Gerhana Matahari. Semisal klub
pencinta astromi Langitselatan.com telah
mempublikasikan tulisan mereka mengenai hasil fam trip dengan titik-titik
terbaik untuk mengamati gerhana matahari, diantaranya Ternate, Tidore, Sofifi,
Moti, Jailolo hingga ke Maba. Diharapkan dengan langkah awal ini stake holder
dalam hal ini kementrian Pariwisata Kota maupun Propinsi akan lebih menindak
lanjuti “momentum Istimewa GMT 2016” ini setelah pada kesempatan pertama saat
fam trip dilakukan. Menyimak pemberitaan selama setahun menjelang terjadinya
GMT, Propinsi Maluku Utara lah yang terkesan lamban dalam mengapresiasikan dan
mempersiapkan kejadian langka ini. Padahal dengan momentum GMT 2016 ini potensi
dunia pariwisata malut lebih diharapkan untuk “menyita” pandangan dunia mengenai Pariwisata Maluku
Utara. Penyedia jasa Tour dan Travel yang dipromosikan oleh agen Pariwisata
dunia, telah jauh-jauh hari menjual agen tiket wisata untuk “Astronomic Tour to
Spice Island”. Sementara ikon Ternate dan Maluku bukanlah hal baru dalam kancah
internasioanl sehingga potensi wisata dari Wisata Alam, (Cengkih Tertua, situs
sejarah Peninggalan Benteng-benteng, sisa–sisa letusan gunung berapi gamalama),
atau wisata Bahari dengan Pemandangan bawah laut yang mempesona beserta
Pantai-pantainya di Sepanjang Halmahera. Bisa juga Wisata Sejarah Perang
Pasifik di Morotai termasuk Wisata Kuliner dengan khas rempah-rempahnya yang
menggoyang lidah sebenarnya akan sangat melengkapi “paket wisata Gerhana
matahari” untuk momentum istimewa bagi daerah kita kali ini. Melihat booklet
Panitia Nasional GMT 2016 yang telah dibentuk sejak april 2015, ada gala dinner
dalam daftar yang diagendakan untuk Para “Pemburu” GMT 2016. Termasuk kirab
budaya dan Pesta Rakyat Ternate (Legu Gam) yang didahulukan bersamaan dengan
GMT 2016 ini. Mudah-mudahan rilisan Malut Post mengenai pengamanan dan
kenyamanan Kota oleh aparat akan tetap sigap hingga pada saat peristiwa
berlangsung dan selesai berjalan dengan baik. Sebab dalam ivent kali ini tidak
sedikit ilmuwan dari Nasa, Lapan dan Perkumpulan Astronomi Dunia maupun Nasional
akan berkumpul di Maluku Utara. Termasuk
Mengangankan Pemprov atau pemkot untuk melakukan kerja sama dengan salah
satu media elektronik untuk melakukan live streaming saat berlangsungnya
Gerhana Matahari Total. Dengan begitu menyitir sentilan orang-orang bahwa yang
dijual dari potensi wisata Ternate dan Maluku Utara, tidak hanya nasi jaha dan
aer guraka semata. Mari Datang Ke Ternate....
Syahyunan Pora
*Tulisan ini Pernah dimuat di Harian Malut Post-Ternate
Tags:
Pelesiran